Uncategorized

Apakah Benar Kurang Tidur Bisa Sebabkan Alzheimer?

Apakah Benar Kurang Tidur Bisa Sebabkan Alzheimer?

Apakah Benar Kurang Tidur Bisa Sebabkan Alzheimer?

Taipan Poker Lounge –  Tidur merupakan kebutuhan biologis yang sangat penting bagi manusia, tubuh akan beristirahat dan ‘mengisi’ kembali energi untuk digunakan keesokan harinya. Lebih dari itu, organ tubuh juga akan bekerja lebih optimal sehingga membuat kita jadi lebih sehat.

Sebaliknya, keseimbangan organ tubuh bisa terganggu dan berisiko menyebabkan masalah serius jika kita kita tidak memiliki waktu yang cukup untuk tidur. Banyak ahli mengatakan bahwa masalah kognitif dan emosional yang di alami seseorang dapat terjadi karena adanya gangguan pada otak, dan salah satu penyebabnya

Lalu, apakah kurang tidur bisa sebabkan Alzheimer? Untuk mengetahunya, simak ulasannya berikut ini.

Namun sebelum itu, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa saja faktor yang menyebabkan seseorang bisa kekurangan waktu tidur, yang beberapa di antaranya mungkin juga pernah kamu alami.

1. Penyebab kurang tidur

Mengacu pada laman Sleep Foundation, merupakan kondisi yang di alami ketika waktu yang kita gunakan untuk tidur, kurang dari yang seharusnya, yaitu 7-9 jam per hari untuk orang dewasa.

Beberapa faktor penyebabnya :

  • Gaya hidup, seperti menonton tv atau menggunakan handphone hingga larut malam
  • Tuntutan pekerjaan atau tugas kuliah
  • Lingkungan yang tidak sesuai, terlalu bising atau terlalu panas
  • Mengalami kondisi medis tertentu, seperti insomnia, sleep apnea, atau pun depresi yang bisa menyebabkan seseorang jadi sering tebangun

Nah, seperti yang telah di sebutkan sebelumnya, berbagai kondisi yang membuat seseorang kurang tidur berkaitan dengan penyakit Alzheimer. Apa yang terjadi pada otak penderita Alzheimer?

2. Apa yang terjadi pada otak penderita Alzheimer?

Penyakit Alzheimer sering di tandai dengan penurunan daya ingat, penurunan kemampuan berpikir, masalah bicara, kebingungan, serta perubahan tingkah laku. Kondisi ini umumnya di picu oleh faktor-faktor tertentu seperti usia, genetik, dan riwayat keluarga.

Apabila seseorang mengalami Alzheimer, artinya ada sesuatu yang terjadi pada otak pasien sehingga membuat sel-sel otak jadi menyusut dan mati. Melansir WebMD, sel otak seringkali mengalami 2 tipe kecacatan, di antara nya:

  • Neurofibrillary tangles, yaitu berupa serat yang saling membelit di dalam sel otak yang dapat menghambat nutrisi beserta hal penting lain untuk berpindah dari satu sel ke sel lain. Kondisi ini pada akhirnya akan meningkatkan kadar beta-amiloid pada otak.
  • Beta-amyloid plaques, yaitu berupa gumpalan protein yang menumpuk di antara sel-sel saraf. Beta-amiloid ini berasal dari protein abnormal yang umumnya mengalami masalah dalam proses mutasi dan pemecahan protein.

Kedua kondisi di atas sama-sama dapat merusak sel-sel otak yang ada di sekitarnya, sehingga menyebabkan sel menjadi mati, dan lama kelamaan otak pun mengalami penyusutan.

Meski ilmuwan belum mengetahui secara pasti apakah perubahan tersebut yang menjadi penyebab penyakit Alzheimer atau malah merupakan dampak dari Alzheimer, namun setidaknya, kelainan ini lah yang terjadi pada otak pasien yang mengalami gejala Alzheimer.

Hal ini seperti yang di laporkan dalam sebuah review studi dari jurnal Current Opinion in Physiology tahun 2020, yaitu adanya penumpukan agregat protein atau plak beta-amiloid di otak merupakan tanda utama seseorang mengalami penyakit Alzheimer.

Studi lain menunjukkan, sebenarnya, otak dapat mengatasi penumpukan beta-amiloid pada otak secara mandiri.

3. Peran sistem glimfatik dalam mengurangi beta-amiloid pada otak 

Bukan rahasia lagi kalau tubuh dapat membersihkan diri dari toksin penyebab penyakit melalui berbagai organ secara mandiri. Beberapa tahun belakangan, peneliti kembali menemukan adanya serangkaian aktifitas pada otak yang aktif melakukan pembersihan toksin, yang di sebut sebagai sistem glimfatik.

Hasil tersebut memperjelas pentingnya peran dari sistem glimfatik dalam mengurangi kadar beta-amiloid yang di miliki orang dengan gejala Alzheimer.

Namun pembersihan pada otak melalui sistem ini tidak aktif setiap saat, melainkan aktif ketika kita tidur.

4. Fungsi pembersihan pada sistem glimfatik akan aktif saat kita tidur

Ketika tidur, otak tetap beraktivitas dan menjalankan fungsi-fungsi lain, salah satunya fungsi pada sistem glimfatik.

Peneliti menemukan fakta bahwa sistem glimfatik akan menjadi lebih aktif dalam membersihkan toksin pada otak saat kita berada dalam kondisi tidur. Sebaliknya, ketika sedang berkegiatan, sistem ini di ketahui membantu dalam pendistribusian berbagai senyawa seperti yang telah di sebutkan sebelumnya.

Untuk menguji kebenaran tersebut, peneliti melakukan berbagai jenis percobaan dan mendapat hasil yang serupa.

Dengan demikian, tidur merupakan kondisi yang tepat untuk meningkatkan fungsi sistem glimfatik dalam membersihkan produk neurotoksik yang telah terakumulasi pada sistem saraf pusat selama kita terjaga.

5. Kurang tidur, beta-amiloid, dan Alzheimer

Seperti yang telah di ulas sebelumnya, tidur memiliki peran penting dalam membersihkan toksin pada otak. Apabila kurang tidur, maka fungsi sistem glimfatik yang berperan dalam membersihkan sampah pada sistem saraf pusat menjadi terganggu. Ini menyebabkan proses pembuangan toksin, termasuk beta-amiloid menjadi tidak optimal.

Gangguan tidur akut yang menyebabkan seseorang kehilangan banyak waktu tidur bisa semakin meningkatkan kadar beta-amiloid pada otak, yang lama kelamaan akan menumpuk dan menjadi plak beta-amiloid yang merupakan indikasi seseorang mengalami Alzheimer.

Dalam jurnal tersebut di jelaskan bahwa tak hanya gangguan tidur yang mempengaruhi sistem glimfatik dan penumpukan beta-protein, melainkan beta-protein yang telah terakumulasi juga bisa mempengaruhi sistem glimfatik dan memperparah masalah tidur.

Hal yang saling berkaitan ini pun cukup menjawab pertanyaan terkait masalah tidur yang sering di alami pasien Alzheimer. Dengan beta-amiloid yang telah menumpuk pada otak, maka orang yang mengalami Alzheimer akan semakin mengalami sulit tidur.

Namun dari ulasan di atas, jelas terdapat kaitan antara kurang tidur dan Alzheimer, sehingga ada kemungkinan bahwa kurang tidur bisa menjadi salah satu dari sekian banyak faktor penyebab seseorang mengalami penyakit degeneratif ini.

Dengan demikian, memastikan agar kita mendapat tidur yang cukup sangatlah penting supaya metabolisme tubuh tetap berjalan dengan semestinya dan bisa meminimalisir risiko terkena berbagai penyakit, termasuk Alzheimer.

Sumber : Permainan Poker Online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *