Malioboro Punya Wajah Baru
BERITA UNIK BERITA VIRAL

Malioboro Punya Wajah Baru dan Kisah Wingko Babat Berjamur yang Viral

Malioboro punya wajah baru dan kisah wingko nabat berjamur yang viral. Pemkot Yogyakarta akan tindak tegas dan lakukan cek mutu

Mailoboro, sebuah kawasan yang menjadi ikon Kota Jogjakarta, sekarang menjadi sorotan. Kawasan yang menjadi surganya tempat wisatawan berbelanja seakan berubah 180 derajat. 

Dahulu Pedagang Kaki Lima (PKL) memenuhi trotoar di Malioboro sambil menggelar dagangan mereka, mulai dari pakaian, souvenir, hingga aneka makanan dan oleh-oleh dengan harga yang miring. Para PKL juga dengan ramah menyapa wisatawan yang melintas dan menawarkan barang dagangan mereka.

Namun semua itu berubah sejak Januari 2022, Malioboro seakan berganti wajah. Sayangnya hal itu justru dikecewakan wisatawan. Apalagi terdapat sebuah kejadian viral yang sangat mengejutkan. Seseorang membeli wingko babat yang awalnya dibilang masih baru, namun sampai rumah justru sudah berjamur. 

Mengapa? Berikut ulasannya yang dirangkum TAIPANPOKERLOUNGE.

1. Wajah Malioboro kini tanpa PKL

Trotoar Malioboro kini bersih dari aktivitas jual beli karena tidak ada lagi ribuan lapak PKL yang menjajakan barang dagangannya. Nampak terlihat lenggang dan jauh dari keramaian seperti sebelumnya.

Para pedagang dipindahkan ke Teras Malioboro 1 dan 2 di lahan bekas kantor Dinas Pariwisata dan Bioskop Indra. Jadi wisatawan tidak bisa jalan-jalan sambil berbelanja.

Sekarang wisatawan dapat leluasa melewati teras pertokoan maupun jalur pedestrian karena terdapat lebih banyak ruang untuk pejalan kaki. Malioboro yang sekarang terkesan menjadi tempat wisata yang ramah pejalan kaki.

Beragam komentar muncul di media sosial terkait berubahnya suasana Malioboro saat ini. Banyak yang menyebut suasananya jadi asing.

“Sebetulnya bagus, tapi vibes Malioboro yang dulu jadi nggak ada,” tulis akun LEMONILO
“Jadi ga semangat jalan dari ujung ke ujung,” tulis akun Babu Kucing

“Jadi aneh ga ada keunikan tersendiri,” tulis akun callmelevi_

“Aneh ya jadinya. Keunikannya jadi hilang,” tulis akun nica.alfe

2. Rencananya, bakal masuk ke UNESCO

Alasan dasar proses relokasi PKL di jalan Malioboro adalah adanya usulan menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat warisan budaya dunia UNESCO.

Dengan pengajuan tersebut, beberapa hal harus di lakukan seperti menata dan mengosongkan area yang punya unsur titik filosofis yang membentang antara pantai selatan hingga Gunung Merapi.

Titik-titik tersebut diambil untuk menggambarkan perjalanan kehidupan manusia dari sejak lahir hingga meninggal selain itu alasan relokasi lainnya adalah untuk memberikan kekuatan hukum bagi PKL yang berjualan.

Hal ini di karenakan para Pedagang Kaki Lima sebelumnya, berjualan di jalur padestrian di depan toko, di mana area itu merupakan lahan milik toko sehingga mereka tidak mempunyai kekuatan hukum di sana. Dengan di pindahkannya mereka ke area kawasan yang baru, memberikan mereka legalitas atas tempat yang mereka pakai.

3. Kecewakan wisatawan

Wajah Malioboro seakan tercoreng semenjak peraturan yang baru ini di terapkan. Malioboro yang dulunya terkenal akan keramah tamanahan para Pedagang Kaki Lima (PKL) seakan berubah drastis.

Kini para PKL di sana tampak menunjukan gelagat kurang ramah kepada wisatawan. Hal ini bisa di lihat dari beberapa unggahan wisatawan yang berkunjung ke Malioboro di beberapa media sosial.

Akun Endang Prasetyawati di fanpage info cegatan jogja pada Jumat, 19/3/2022. Dia bercerita dalam kisahnya ketika membeli makanan jenis wingko sebanyak Sembilan tas di kios pedagang kaki lima di kawasan Teras Malioboro.

Ketika akan membeli, dia bertanya kepada penjual apakah wingkonya masih baru, dan penjualnya mengiyakan pertanyaan tersebut. Namun sesampainya di rumah semua wingko yang ia beli ternyata berjamur dan tidak layak konsumsi.

4. Pemkot Yogyakarta tanggap

Pihak Pemerintah Kota Yogyakarta pun tanggap, langsung beraksi dengan adanya lapiran itu. Melalui Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, Srie Nurkyatsiwi, telah menempuh beberapa langkah untuk pembinaan PKL di Teras Malioboro I. Terdapat beberapa langkah yang bakal di tempuh, termasuk sosialisasi berjualan yang amanah.

Kemudian, menyepakati sanksi sosial berupa pemasangan stiker bagi yang melanggar (jika di perlukan), melakukan inspeksi terhadap produk yang di perdagangkan makanan kemasan, makanan olahan, pakaian, dan lainnya.

“Cek mutu dan standar. Memberikan reward pada pedagang yang tertib, omzet baik, tidak berkasus, bersih, dan kolaboratif. Memasang pengumuman agar pembeli melakukan check dan recheck sebelum transaksi terhadap mutu barang dan harga,” terang Srie.

Semoga kejadian ini tak terulqng lagi demi bangkitnya sektor pariwisata dalam negeri.

SUMBER : TAIPANPOKERLOUNGE

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *