Uncategorized

Fakta Kecelakaan Kereta Api Bintaro

Fakta Kecelakaan Kereta Api Bintaro
Fakta Kecelakaan Kereta Api Bintaro

Taipan Poker Lounge – Kecelakaan hal yang tidak bisa di hindari oleh beberapa orang karena kejadian yang tidak sengaja, sengaja bahkan ada yang terjadi karena kelalaian, berikut ini adalah fakta kecelakaan kereta api bintaro yang terparah dalam sejarah transportasi indonesia

Fakta Kecelakaan Kereta Api Bintaro

1. Tragedi Kecelakaan

Pada 19 Oktober 1987 terjadi kecelakaan kereta api yang di sebut-sebut sebagai yang terparah di dunia.

Karena kesalahan koordinasi mengakibatkan dua unit kereta ekonomi bertabrakan di Pondok Betung, Bintaro.

Sebanyak 156 penumpang kereta tewas seketika dengan kondisi yang sangat mengenaskan

Dalam kecelakaan ini, rangkaian kereta api Patas Merak jurusan Tanah Abang–Merak yang berangkat dari Stasiun Kebayoran (KA 220)

bertabrakan dengan kereta api Lokal Rangkas jurusan Rangkasbitung–Jakarta Kota (KA 225) yang berangkat dari Stasiun Sudimara.

berdasarkan keterangan resmi dari Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), lokasi kecelakaan berada pada km 17+252 lintas Angke–Tanah Abang–Rangkasbitung–Merak.

Lokasi tersebut berada pada tikungan S yang di apit Jalan Tol Jakarta–Serpong di barat dan Jalan Tol T.B.

Simatupang di timurnya. Lokasi ini juga terletak sekitar 1,5 km di sebelah barat daya TPU Tanah Kusir.

Usai kecelakaan, penyelidikan yang di lakukan menghasilkan sejumlah fakta.

Termasuk penyebab dan siapa yang bertanggung jawab dalam tragedi tersebut.

3. PPKA Sudimara sempat kejar kereta

Saat KA 225 Jurusan Rangkasbitung-Jakartakota berangkat dari Stasiun Sudimara, padahal semestinya di langsir di jalur 3, semua petugas di stasiun itu kaget.

Beberapa ada yang mengejar kereta itu menggunakan sepeda motor.

PPKA Sudimara, Djamhari, mencoba memberhentikan kereta dengan menggerak-gerakkan sinyal, namun tidak berhasil.

Dia pun langsung mengejar kereta itu dengan mengibarkan bendera merah.

Ironisnya, penumpang yang berada di atap kereta menyoraki Djamhari, bahkan ada yang tertawa-tawa.

Merasa sia-sia, Djamhari pun kembali ke stasiun dengan sedih, ia membunyikan semboyan genta darurat kepada penjaga perlintasan Pondok Betung.

Namun kereta tetap melaju.

Setelah di ketahui, ternyata penjaga perlintasan Pondok Betung tidak hafal semboyan genta.

2. Kelalaian Petugas

Penyelidikan setelah kejadian menunjukkan adanya kelalaian Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) Stasiun Sudimara yang memberikan sinyal aman bagi kereta api dari arah Rangkasbitung,

padahal tidak ada pernyataan aman dari PPKA Stasiun Kebayoran. Hal ini dilakukan karena tidak ada jalur yang kosong di Stasiun Sudimara.

Ratusan orang meninggal setelah dua rangkaian kereta bertabrakan, paling banyak dari KA 225 yang paling padat penumpangnya.

3. Korban

Seorang warga setempat, Zainal, menjadi saksi hidup Tragedi Bintaro 1987. ia juga turut membantu mengevakuasi korban yang selamat dan tewas.

Saat itu, petugas dan warga sampai kewalahan mengevakuasi penumpang, karena terlalu banyaknya korban yang berjatuhan. Bahkan tak sedikit mayat yang terjepit di persambungan kereta.

Bahkan ada yang wajahnya tak dapat di kenali sama sekali, karena seperti habis tersiram sesuatu. Ada pula mayat yang anggota tubuhnya terpisah.

Korban tewas 139 orang dengan rincian 72 tewas di tempat dan sisanya meninggal sekarat.

Dari 139 korban tewas, 113 di antaranya sudah teridentifikasi. Total 254 luka-luka,

dengan rincian 170 orang di rawat di rumah sakit dan 84 orang luka ringan.

Sumber: Permainan Poker Online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *