BERITA UNIK

Di buang karena Albino namun kini jadi model Vogue

Xueli

Taipan Poker Lounge – Ketika Xueli Abbing masih bayi, orang tuanya meninggalkannya di depan panti asuhan. Mereka membaringkannya di atas tanah begitu saja. ia Di buang karena Albino namun kini jadi model Vogue

Di buang karena Albino namun kini jadi model Vogue

1. Albinisme dianggap sebagai kutukan oleh sebagian kalangan di China.

Kulit dan rambut Xueli sangat pucat. Dia kekurangan pigmen karena mengalami kondisi genetika yang langka.

Akibat lainnya, dia juga sangat sensitif terhadap sinar matahari.

Namun, penampilan yang berbeda itu kini membawa Xueli menjejaki karier sebagai model

Berusia 16 tahun, dia telah menghiasi halaman sampul majalah Vogue. Dia juga dipercaya memamerkan karya desainer ternama.

Ini adalah kisah Xueli, sebagaimana yang dia ceritakan kepada Jennifer Meierhans.

2. Kisah Xue Li

Xueli

Pegawai panti asuhan menamai saya Xue Li. Xue artinya salju dan Li bermakna cantik.

Saya di adopsi ketika berumur tiga tahun. Sejak saat itu saya tinggal bersama ibu angkat dan saudara perempuan angkat di Belanda.

Ibu saya berkata tidak bisa memikirkan nama yang lebih sempurna. Menurutnya,

penting bagi saya untuk tetap mengacu pada akar saya sebagai orang yang lahir di China.

Pada saat saya lahir, pemerintah China menerapkan kebijakan bahwa sebuah keluarga hanya di izinkan memiliki satu anak.

Anda sangat tidak beruntung jika memiliki anak yang mengalami albinisme.

Beberapa anak seperti saya, dibuang orang tuanya. Ada juga yang dikurung.

Sementara beberapa anak dengan albinisme yang bersekolah di paksa mengecat rambut mereka agar berwarna hitam.

Di beberapa negara di Afrika, anak-anak dengan albinisme di buru, bagian tubuhnya di potong, lalu mereka dibunuh.

Dukun menggunakan tulang mereka untuk membuat obat. Banyak orang percaya ramuan itu bisa menyembuhkan penyakit tertentu.

Tapi tentu saja ini tidak benar. Kepercayaan seperti ini hanyalah mitos.

Saya beruntung karena saya hanya dibuang orang tua saya.

Orang tua kandung saya tidak meninggalkan informasi apa pun tentang saya. Jadi saya tidak tahu kapan ulang tahun saya.

Namun sekitar setahun yang lalu, saya melakukan rontgen tangan saya untuk mendapatkan gambaran akurat tentang usia saya.

Menurut dokter, perkiraan usia saya yang 15 tahun sudah tepat.

3. Terjun ke dunia model

Xueli

Saya tidak sengaja terjun ke dunia model ketika berusia 11 tahun. Ibu saya berteman dengan seorang desainer asal dari Hong Kong.

Desainer itu memiliki seorang putra yang bibirnya sumbing. Dia bertekad merancang pakaian yang sangat mewah

untuk anaknya agar orang tak hanya selalu menatap bibirnya.

Kawan ibu saya itu menamakan rangkaian karya desain baju itu sebagai ‘ketidaksempurnaan yang sempurna’.

Dia bertanya apakah saya ingin berpartisipasi dengan peragaan busananya di Hong Kong. Itu akhirnya menjadi pengalaman yang luar biasa.

Setelah pagelaran itu, saya di undang ke beberapa sesi pemotretan, salah satunya untuk fotografer asal Inggris, Brock Elbank.

Saya melakukan sesi foto di studionya di London. Elbank lalu mengunggah potret saya di akun Instagram miliknya.

4. DI hubungi Agensi

Xueli

agensi model Zebedee Talent menghubungi dan bertanya apakah saya ingin bergabung dengan mereka

dalam misi membuat para penyandang disabilitas terwakili di industri fesyen.

Salah satu potret saya dengan Brock ditampilkan di majalah Vogue edisi Italia edisi Juni 2019. Sampul edisi itu di isi penyanyi Lana del Rey.

Pada saat itu, saya tidak tahu seberapa penting majalah itu dalam industri fashion.

Baru beberapa saat setelahnya saya menyadari mengapa banyak orang begitu bersemangat saat saya muncul di dalamnya.

Dalam modeling, penampilan yang berbeda adalah berkah, bukan kutukan.

Ini menjadi peluang saya untuk meningkatkan kesadaran publik tentang albinisme.

Serangkaian karya desainer Kurt Geiger adalah contoh yang sangat tepat tentang bagaimana saya di biarkan menunjukkan perbedaan saya.

Geiger dan timnya mengizinkan saya untuk mengatur pose dan mengarahkan pemotretan dengan saudara perempuan saya.

Protokol kesehatan selama pandemi Covid-19 memaksa fotografer tidak bisa berada bersama kami di studio.

Namun itu artinya saya dapat mengekspresikan diri dengan cara apa pun yang saya inginkan. Saya sangat bangga dengan hasilnya.

Sekarang memang masih banyak model yang tinggi semampai dan kurus, tapi penyandang disabilitas

atau yang memiliki penampilan beda kini semakin sering tampil di media Ini adalah hal bagus dan seharusnya di anggap hal yang normal.

Model dengan albinisme sering mendapat stereotip dalam pemotretan.

Mereka di tampilkan untuk menggambarkan malaikat atau hantu. Itu membuat saya sedih.

Sumber: Permainan Poker Online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *