Ini Alasan Kenapa Indonesia Timur Sering
BERITA UNIK

Ini Alasan Kenapa Indonesia Timur Sering

Ini Alasan Kenapa Indonesia Timur Sering Jadi Langganan Gempa

Taipanpokerlounge – Ini Alasan Kenapa Indonesia Timur Sering. Gempa berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR) mengguncang Kota Ambon beberapa waktu lalu. Selain merusak bangunan, getaran yang dihasilkan juga menimbulkan korban jiwa. Menurut Plt Kapusdatinmas BNPB Agus Wibowo mengatakan, terdapat korban meninggal maupun luka-luka yang diakibatkan dari gempa bumi tersebut. “Total korban meninggal dunia akibat gempa bumi sebanyak 20 orang dan kurang lebih 100 orang mengalami luka-luka” ujarnya Agus yang dikutip dari Detik. Pokerlounge

Secara geologis, wilayah bagian Timur Indonesia memang termasuk zona yang rawan terjadi gempa bumi. Salah satunya yang pernah terjadi di bagian Utara Pulau Flores, di mana gempa bumi berkekuatan 6,8 SR memicu tsunami setinggi 25 meter dan menerjang wilayah Kabupaten Sikka, Ende, Ngada dan Flores Timur. Sayang, riwayat gempa, mitigasi dan sosialisasi bencana di kawasan Timur masih sangat minim. Maka dari itulah, pengetahuan soal bencana ini harus kita ketahui.

Indonesia Timur tempat pertemuan tiga lempeng Bumi

Di satu sisi, letak geografis Indonesia yang berada di pertemuan tiga lempeng bumi membawa manfaat luar biasa. Terutama soal kekayaan vegetasi dan kualitas tanahnya. Namun di satu sisi, kondisi ini ternyata juga membawa hal-hal buruk. Salah satunya, adalah begitu rawannya Nusantara ini terkena gempa bumi yang berdampak Tsunami. Seperti yang kamu tahu kalau lempeng bumi itu bergerak aktif, nah, seiring dengan pergerakannya itu maka akan sering pula terjadi gempa.

Ini Alasan Kenapa Indonesia Timur Sering

Salah satu titik dari pertemuan tiga lempeng ini, yakni Eurasia, Australia, dan Pasifik, adalah di Indonesia bagian timur. Makanya di wilayah ini cukup sering terjadi gempa. Pernyataan ini pernah pula disampaikan oleh almarhum Pak Sutopo. Dan merujuk kasus gempa di Ambon belakangan ini, gempa yang tercatat bukan main banyaknya. Berdasarkan data BMKG, setidaknya sudah ada 69 gempa yang terjadi sejak kejadian pertama yang berskala 6,8 itu.

Tentang Sesar Palu Koro yang jadi penyebab

Sesar Palu Koro adalah istilah yang cukup sering disebut ketika membahas soal gempa di Indonesia timur. Istilah sesar sendiri secara teknis adalah semacam serpihan turunan dari ketiga lempeng bumi yang bertemu tadi. Nah, serpihan-serpihan itu menjalar meluas ke daerah-daerah sekitar pertemuan. Dan Palu Koro disebut sebagai salah satu yang paling panjang.

Pengaruhnya apa? Sesar ini juga melakukan pergerakan aktif seperti lempeng pada umumnya. Nah, dengan ukuran yang panjang ini, maka dampak pergerakan yang mengakibatkan gempa pun juga lebih intens. Makanya Indonesia timur akan selalu sering diguncang seiring dengan pergerakan si Palu Koro.

Berita baiknya, tidak akan terjadi Tsunami besar

Gempa biasanya akan dikaitkan dengan Tsunami. Nah, untuk kasus Indonesia Timur, kedua hal ini akan sering terjadi. Kalau melihat sejarah, memang faktanya selama ini Tsunami lebih banyak terjadi di daerah Indonesia Timur dibandingkan barat. Alasannya kembali soal pertemuan tiga lempeng tektonik itu tadi.

Ini Alasan Kenapa Indonesia Timur Sering

Namun, kabar gembiranya adalah, Tsunami yang terjadi di daerah timur Indonesia tidak akan sebesar wilayah timur. Hal ini karena bentuk patahannya yang berbeda. Sehingga jika pun terjadi, akibatnya takkan seserius di wilayah barat. Misalnya seperti di Aceh dulu. Jadi, meskipun katakanlah guncangan di wilayah timur itu besar, bahkan sampai 7,8 – 8,8 pun, Tsunaminya tak akan besar. Kecuali jika gelombang ini bersamaan dengan longsor, seperti yang terjadi di Palu beberapa waktu lalu.

Bencana yang bisa dihindari dengan membaca sejarah

Bencana memang tidak bisa diprediksi. Adanya alat pun takkan menjamin informasi yang didapatkan akurat. Tapi, bukan berarti kita sama sekali buta. Pak Sutopo pernah mengatakan jika bencana itu sebenarnya bisa dibaca. Caranya adalah dengan melihat sejarah.

Ini Alasan Kenapa Indonesia Timur Sering

Sutopo mengatakan jika sebenarnya bencana seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus itu punya siklus atau periode yang berulang. Sehingga dengan berkaca pada masa lalu, kita bisa melakukan semacam prediksi. Namun, tentu hal ini juga butuh kejelian. Ada baiknya memang memasang semacam early warning alarm, tapi sayangnya sampai sekarang Indonesia masih punya sedikit yang seperti ini. Padahal pentingnya tak karuan.

Sekali lagi, peristiwa gempa di Ambon sejatinya bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah dan pihak terkait. Khususnya melakukan sosialisasi terkait riwayat gempa, mitigasi dan peringatan bencana. Jika dilakukan lebih dini, bukan tidak mungkin ada banyak nyawa yang bisa diselamatkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *