7 Alasan Kenapa Terjadi Pendarahan
BERITA KESEHATAN

7 Alasan Kenapa Terjadi Pendarahan saat Berhubungan Seks

Taipan Poker Lounge | 7 Alasan Kenapa Terjadi Pendarahan saat Berhubungan Seks. Pernahkah kamu mengalami pendarahan saat atau sesudah berhubungan seks? Tak perlu cemas, sebab hal ini cukup umum terjadi. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Journal of Menopausal Medicine pada tahun 2015, sekitar 63 persen perempuan pascamenopause mengalami perdarahan dan kekeringan vagina saat berhubungan seks.

Ada banyak penjelasan mengapa terjadi pendarahan ketika berhubungan seks, khususnya bagi perempuan. Ketahui lebih detail di sini! POKER ONLINE

7 Alasan Kenapa Terjadi Pendarahan saat Berhubungan Seks

1. Tanda infeksi menular seksual

Menurut Dr. Jane Ashby di laman Net Doctor, pendarahan saat berhubungan seks diakibatkan oleh infeksi menular seksual (IMS). Ia menyarankan untuk segera memeriksakan ke dokter karena bisa jadi merupakan pertanda chlamydia atau gonorrhea.

Sementara, menurut laman Self, chlamydia bisa menyebabkan servisitis atau radang serviks, yang membuat vagina menjadi sangat sensitif selama berhubungan seks dan memicu pendarahan setelahnya.

Tidak disarankan untuk menunda-nunda, sebab infeksi menular seksual bisa diobati. Semakin dini dideteksi dan diobati, maka akan semakin baik dan cepat pulih.

2. Disebabkan oleh polip yang tumbuh

Ternyata, polip kecil di leher rahim bisa menyebabkan pendarahan setelah berhubungan seks, jelas Dr. Helen Webberley di laman Net Doctor. Menurutnya, kulit pada leher rahim menjadi sangat tipis dan berdarah akibat polip.

Sementara, menurut laman Very Well Health, pendarahan saat atau setelah berhubungan seks dipicu oleh pertumbuhan jinak pada serviks (polip serviks) atau uterus (polip endometrium). Polip serviks biasanya muncul pada perempuan berusia 40-50 tahun.

Di sisi lain, bentuk polip uterus adalah benjolan lunak jaringan yang menonjol dari dalam rahim. Polip uterus umumnya berkembang pada perempuan berusia 36-55 tahun. Meski sebagian besar besar polip bersifat jinak, tetapi bisa berkembang menjadi kanker!

3. Dipicu oleh ragi dan infeksi bakteri

Menurut Dr. Alyssa Dweck, dokter obgyn asal New York dan penulis buku “The Complete A to Z for Your V”, mengatakan bahwa ragi dan infeksi bakteri bisa memicu peradangan di jaringan halus yang melapisi pembuluh darah, tuturnya di laman Cosmopolitan.

Apabila jaringan ini meradang, maka pembuluh darah ini akan lebih rentan terhadap robekan-mikro dan pendarahan. Ini umum terjadi pada perempuan di bawah usia 40 tahun setelah berhubungan seks.

For your information, gejala infeksi ragi adalah keputihan dan gatal-gatal. Sementara, gejala infeksi bakteri ialah keluarnya cairan berbau busuk dan gatal. Infeksi ragi dapat diobati dengan obat anti jamur dan infeksi bakteri memerlukan antibiotik secepatnya.

4. Disebabkan oleh vaginitis atrofi

Perempuan yang memasuki fase pascamenopause kadar estrogennya akan berkurang dan menyebabkan dinding vagina menipis. Akibatnya, lendir yang dihasilkan sebagai pelumas untuk berhubungan seks menjadi lebih sedikit, ujar laman Very Well Health.

Kondisi ini disebut sebagai vaginitis atrofi yang ditandai dengan gatal dan rasa terbakar pada vagina. Tanpa pelumas, vagina akan kering, sakit, dan berdarah saat berhubungan badan. Vaginitis atrofi bisa diatasi dengan terapi estrogen, baik dalam bentuk pil, patch kulit, atau krim.

Umumnya, vaginitis atrofi dialami oleh perempuan berusia 45-55 tahun, ujar laman Healthline. Perempuan yang lebih muda juga bisa mengalaminya, tetapi jarang terjadi perdarahan postcoital.

5. Diakibatkan oleh endometriosis

Ternyata, endometriosis bisa menyebabkan perdarahan vagina. Ini adalah kondisi di mana jaringan yang biasanya melapisi rahim ditemukan pada organ di luar rahim, tutur laman Net Doctor. Menurut Dr. Jane Ashby, perempuan dengan endometriosis mengalami perdarahan tak teratur atau bercak darah setelah berhubungan seks.

Sementara, menurut laman Very Well Health, ciri khas endometriosis ialah hubungan seks dan orgasme yang menyakitkan serta pendarahan postcoital. Kondisi ini diatasi dengan terapi hormon yang efektif untuk mengurangi rasa sakit.

Rasa sakit akibat endometriosis juga bisa diatasi dengan mengganti posisi bercinta. Hindari posisi misionaris karena bisa menambah tekanan pada vagina.

6. Bisa jadi penanda kehamilan

Rupanya, menurut American Pregnancy Association, pendarahan setelah berhubungan seks adalah penanda kehamilan. Ini karena serviks sangat lunak dan sensitif selama kehamilan. Pendarahan ini umum terjadi di trimester pertama, dilansir dari laman Cosmopolitan.

Tetapi, kamu harus bisa membedakan pendarahan karena serviks sensitif dan keguguran. Pendarahan biasa hanya terjadi sesekali dengan intensitas ringan dan volume sedikit. Namun, jika pendarahan terjadi terus-menerus dengan intensitas berat dalam jumlah banyak, maka kamu perlu memeriksakan diri ke dokter kandungan.

7. Mungkin, ini pertanda kanker serviks

Dan yang terakhir, pendarahan setelah berhubungan seks kemungkinan adalah pertanda kanker serviks. Menurut Dr. Jane Ashby, ini terjadi karena ada perubahan atau kelainan pada leher rahim, tuturnya di laman Net Doctor.

Ada banyak faktor perubahan pada leher rahim, misalnya peradangan, infeksi, hingga perubahan atau pertumbuhan sel kanker. Oleh karena itu, deteksi dini kanker serviks bisa diupayakan dengan rutin melakukan pap smear.

Jangan meremehkan kanker serviks, sebab di tahun 2018, ada 570 ribu perempuan yang didiagnosa dengan kanker serviks setiap tahunnya. Data ini diambil dari studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO).

Nah, itulah sederet penjelasan mengapa terjadi pendarahan saat berhubungan seks. Semoga ini bisa membantu, ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *